Postingan

Three Little Words - Chapter Dua Puluh

Gambar
  Mereka ada di taman itu sampai sore. Saat mereka di warung bubur, panggilan dari nomor tak dikenal masuk ke nomor Fattah. Marco bertanya apa anaknya bersamanya dan Fattah menjawab apa adanya. Taman itu semakin ramai saat sore. Matahari sudah turun ke barat dan menggantung rendah. Ada saat-saat mereka berdua hanya diam dan menatap apa yang ada di depan mereka. Fattah tidak ingin berbicara apapun, ataupun mengajak gadis itu bercanda untuk membuatnya tertawa. Dunia sedang tidak berpihak pada gadis itu dan ia tidak ingin melakukan apapun. Ia hanya ingin ada di samping gadis itu. Mendengarkan jika gadis itu berbicara. Mengulurkan lembaran tisu jika gadis itu menangis lagi. Membelikan minum jika botol air gadis itu sudah kosong. "Gue nggak tahu harus marah sama siapa?" Kai menarik napas panjang-panjang. Mengisi paru-paru dengan sebanyak-banyak oksigen yang bisa ia hirup. "gue marah sama almarhum nyokap gue karena kesalahannya. Gue marah sama bokap gue karena dia segitu gampa

Three Little Words - Chapter Sembilan Belas

Gambar
  Marco menatap Kai yang masih mencoba meredakan tangisnya. Ia menjilat bibir bawahnya. Sama sekali tidak menyangka akan menghadapi situasi ini. Ia telah bersumpah akan menjaga rahasia itu sampai mati. Namun keteledoran adiknya membuat semuanya runyam. "Kai, kamu istirahat dulu, ya. Kita bisa ngobrolin ini lain kali." kata Marco setelah berpikir. Ia mengusap sebelah tangan anaknya. Kai menengadah. Menggeleng keras sambil mengusap pipinya dengan kasar, "Kai mau tahu ceritanya. Semuanya. Dari awal Papa kenal sama Mama." katanya. Marco menelan ludah dengan susah payah. Ia menatap anak semata wayangnya yang tengah menatapnya penuh harap. Ia tahu apa yang keluar dari mulutnya hanya akan menyakiti hati gadis itu. Ia tidak pernah ingin menyakitinya. "Pah... Kai berhak tahu." lirih gadis itu. Air mata sudah menggenang di kedua mata Marco. Ia terdiam cukup lama. Berpikir, dan memilah kalimat yang akan keluar dari mulutnya. "Papa kenal Mama kamu karena dia saha

Three Little Words - Chapter Delapan Belas

Gambar
  "Kai, jerawat lo agak kalem. Pakai apa lo?" Gita bertanya. Ia dan Nada sudah ada di rumah Kai sejak pagi untuk mengerjakan tugas komputer akuntansi. Mereka bertiga berkumpul di ruang tamu dengan tiga buah laptop terbuka di atas meja. Buku-buku berserak di sekelilingnya. Kai meraba wajahnya sambil tersenyum. Ia juga menyadarinya akhir-akhir ini. Perawatan rutin yang ia gunakan sangat ampuh menenangkan jerawatnya yang membandel. Kulitnya lebih cerah. Jerawatnya mengempes, dan bintik-bintik merahnya memudar. Ini adalah kondisi kulit terbaiknya setelah ia pubertas. "Gue pakai  skincare  belakangan ini." kata Kai. "ternyata cocok." "Gitu  kek , dari dulu." kata Nada. "Karena langsung dapet yang cocok aja, makanya gue lanjut. Kalian kan tahu gue malas coba-coba." Kai melirik kertas lalu menatap layar laptopnya. Ia menatap deretan angka dan mereka sibuk masing-masing untuk beberapa saat. "Assalamualaikum..." Mereka semua melirik ke